Ditemukan: Pongo Tapanuliensis, Spesies Orangutan Terbaru Asal Tapanuli
Spesies baru ini memiliki kepala yang lebih kecil, dan warna “cokelat muda”‘ yang jelas beda dibandingkan dengan spesies orang utan lainnya!
Tim peneliti telah menemukan spesies baru orangutan, yaitu spesies orangutan ketiga yang diketahui dari kerabat “kera besar baru” yang pertama digambarkan, sejak spesies Bonobo hampir seabad lalu di benua Afrika.
Ada dua jenis spesies utama Orangutan (pongo) di dunia ini yang terpisah di dua pulau besar yang berada di wilayah Indonesia, yaitu Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Mereka sudah terpisah sejak sekitar 400.000 tahun lalu.
Itulah yang membuat mereka tampak berbeda karateristik dan perilakunya yang masing-masing memilik ciri khas, karena rumpun genetiknya terpisah lama dan membuat DNA pada mitochondrial mereka juga jadi berbeda.
Di pulau Sumatera, orangutan biasanya lebih menghabiskan waktu untuk selalu berada diatas pohon. Hal ini karena alam hutan Sumatera yang masih memiliki beberapa predator, seperti Harimau Sumatera dan jenis kucing besar lainnya.
Sedangkan spesies orangutan di Kalimantan berbeda dengan saudaranya di Sumatera. Di Kalimantan, mereka biasanya lebih menghabiskan waktu untuk selalu berada diatas tanah.
Hanya dalam situasi tetentu saja, misalnya tidur, mereka baru naik ke atas pohon. Hal ini karena alam hutan Kalimantan tak memiliki predator besar yang begitu mengancam mereka, akibatnya orangutan Kalimantan merasa lebih aman dan sering turun ke atas tanah.
1. Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)
Orangutan Kalimantan atau Bornean orangutan (Pongo pygmaeus) tersebar dari di beberapa tempat di pulau Kalimantan. Namun mereka berkumpul dalam beberapa grup.
Hal ini sudah lama terjadi, dan membuat DNA dan gen mereka sedikit berbeda yang membuatnya dikategorikan menjadi tiga sub-spesies.
Orangutan Kalimantan atau Bornean orangutan (Pongo pygmaeus) memiliki tiga sub-spesies, yaitu:
- P. p. pygmaeus (sub-spesies orangutan Kalimantan barat-laut), berada di Sarawak (Malaysia) dan di utara dari Kalimantan bagian barat wilayah Indonesia.
- P. p. wurmbii (sub-spesies orangutan Kalimantan bagian tengah-selatan), berada di selatan dari Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah di wilayah Indonesia.
- P. p. morio (sub-spesies orangutan Kalimantan bagian timur-laut), berada di barat Kalimantan (Indonesia) dan wilayah Sabah (Malaysia)
2. Orangutan Sumatera (Pongo abelii)
Orangutan Sumatera atau Sumatran orangutan (Pongo abelii), kebanyakan berada di daerah Sumatera bagian utara, sebagian besar yaitu berada di Ekosistem Leuser di utara Sumatera dan Aceh.
Dan sebagian kecil atau sedikit dari mereka, terlihat masih berada di wilayah peovinsi Sumatera Utara, karena habitat hutan mereka menjadi semakin sedikit akibat manusia memperluas lahan dan membuat Orangutan Sumatera semakin terancam dan pindah ke Ekosistem Taman Nasional Gunung Leuser di Aceh Darussalam.
Secara keseluruhan, hanya ada sekitar 6.600 orangutan Sumatera yang menetap di alam liar terutama di propinsi Aceh, dan sekarang dianggap Kritis menuju kepunahan.
Berbeda dengan di Pulau Kalimantan, orangutan di pulau Sumatera belum ditemukan sub-spesies orangutan hingga pada bulan Oktober tahun 2017 silam, ada tanda-tanda keberadaan sub-spesies dari Orangutan Sumatera atau Sumatran orangutan (Pongo abelii) ini. Para peneliti kemudian menjulukinya sebagai “Orangutan Tapanuli” yang berada di wilayah Batang Toru, Tapanuli, Sumaetra Utara.
3. Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis)
The newest Orangutan spesies found. “Orangutan Tapanuli” ditemukan sejak sekitar akhir 1990-an oleh para ilmuwan. Kelompok kera besar di selatan Danau Toba ini memiliki karateristik dan cirikhas berbeda, dan hanya berada di daerah Batang Toru, Tapanuli, Sumatera Utara.
Sejak saat informasi mengenai “Orangutan Tapanuli” ini didengar, maka pola kehidupan orangutan di Batang Toru tersebut selalu dipantau dan diteliti oleh beberapa ilmuwan, baik dari dalam dan juga ilmuwan dari luar negeri.
Penelitian terbaru telah menemukan bahwa mereka secara genetik, morfologis dan ekologis berbeda dari orangutan di Ekosistem Leuser yang berada di utara Sumatera dan Aceh.
Menariknya, Orangutan Tapanuli yang ada di Batang Toru di pulau Sumatera justru bukan seperti orangutan Sumatera di Ekosistem Leuser di utara Sumatera dan Aceh, namun lebih justru terkait dekat dengan kerabat orangutan Borneo di Kalimantan!
Berawal dari kerjasama antara Universitas Nasional, Institut Pertanian Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, University of Zurich Switzerland, Yayasan Ekosistim Lestari (Sumatran Otangutan Conservation Programme) dan Yayasan Orangutan Sumatera Lestari (Orangutan Information Center) mengenai konservasi Orangutan Sumatera selama delapan tahun.
Tim peneliti di bidang genetika, berhasil mengungkapkan adanya keunikan dari populasi orangutan Sumatera yang berhabitat di Ekosistim Batanng Toru (Nater et al. 2011; 2012; 2015).
Spesies kera besar terbaru, “Orangutan Tapanuli” baru-baru ini berhasil di deskripsikan dengan nama latin “Pongo tapanuliensis” (Nater et. al. 2017, In press).
Spesies baru ini hanya ditemukan di Ekosistim Batang Toru, yang meliputi hutan dataran tinggi yang tersebar di tiga kabupaten Tapanuli, Sumatera Utara, Indonesia.
Hidup di ketinggian habitat 900-1100 m dpl, orangutan Batang Toru mengkonsumsi berbagai jenis makanan yang berbeda yang tidak pernah terlihat sebelumnya dalam diet kera besar ini.
Selain itu, penggunaan alat, sejauh ini hanya ditemukan di populasi padat orangutan di hutan rawa dataran rendah, namun kali ini juga telah ditemukan terjadi di Batang Toru.
Ekosistem Batang Toru adalah rumah bagi populasi terakhir dari Orangutan Tapanuli (P. p. tapanuliensis), sub sppesies dari Orangutan Sumatera atau Sumatran orangutan (Pongo abelii), yang secara genetik unik dario yang lainnya.
Perbedaan Orangutan Tapanuli dengan Jenis Lainnya
Perbedaan Pongo tapanuliensis dengan spesies orangutan lainnya terdiri dari dua garis besar, yaitu secara fisik dan non fisik, yaitu:
Ciri Fisik:
1. Warna rambut dan bentuk badan, warna rambut secara umum sama dengan orangutan Sumatera, tetapi bulunya canderung lebih tebal dan lebih keriting.
2. Kumis, memiliki kumis yang menonjol dengan bantalan pipi berbentuk datar, dan dipenuhi rambut halus berwarna putih perak.
3. Bantalan pipi, jantan dewasa memiliki ukuran bantalan pipi yang lebih besar, sehingga mirip dengan orangutan Kalimantan
4. Rambut, betinanya memiliki rambut pada bagian dagu wajah (janggut), yang lebih mirip orangutan Sumatera.
5. Tengkorak, tengkorak lebih kecil dibanding spesies lain.
6. Gigi taring, gigi taringnya lebih besar dibanding spesies lain.
Ciri non fisik:
1. Sarang, fnekwensi pembuatan sarang lebih rendah dibanding orangutan Sumatera namun hampir mirip dengan orangutan Kalimantan.
2. Pakan, pakannya 60 persen adalah buah-buahan, rayap, semut Iiana, dedaunan, kuncup bunga dan ulat.
3. Menu makanan, Orangutan Tapanuli memakan jenis spesies tumbuhan yang sebelumnya belum pernah tercatat sebagai jenis pakan orangutan, yaitu atumongan, sampinurtoli, sampinur bunga (Podoccrpaceae) dan agafis.
4. Teriakan, panggilan jarak jauh (long calls) orangutan jantan spesies ini berbeda dari jenis orangutan lainnya yang biasanya berteriak keras dan dengan durasi panjang.
Ilmuwan bingung genetiknya yang unik, diduga sebagai “nenek moyang” semua Orangutan
Secara genetik, Pongo tapanuliensis lebih dekat ke orangutan Kalimantan, padahal mereka ada di pulau Sumatera. Ini yang masih membuat ilmuwan bingung. Dan menakjubkannya, Pongo tapanuliensis memiliki gen dari kedua spesies yang terkenal terlebih dahulu dikenal, yaitu Orangutan Sumatera atau Sumatran orangutan (Pongo abelii), dan Orangutan Kalimantan atau Bornean orangutan (Pongo pygmaeus).
Orangutan Kalimantan terpisah lebih lama dari Pongo tapanuliensis ini, yaitu sekitar 600.000 tahun.
Sedangkan Pongo tapanuliensis terpisah lebih baru dengan Orangutan Sumatera yang ada di pegunungan Pegunungan Leuser, yaitu sekitar 300.000 tahun lalu.
Dari indikasi ini menunjukkan bahwa bisa jadi Pongo tapanuliensis sebagai “nenek moyang” dari kedua spesies orangutan yang sudah teridentifikasi terlebih dulu, baik itu Orangutan Kalimantan dan juga Orangutan Sumatera.
Kala itu Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan dan Pulau Jawa masih menjadi satu sebagai Paparan Sunda di zaman Pleistosen!
Dan yang paling menakjubkan, mereka seakan “tersembunyi” dari manusia karena mereka justru berhasil “ditemukan” oleh para peneliti sebagai spesies yang paling terakhir dari “anak-cucunya”. Betapa menakjubkan!
Kini Orangutan Tapanuli hanya ditemukan di daerah kecil ini selatan Danau Toba di Ekosistem Batang Toru dan harus memilik prioritas sangat dilindungi dan dijaga keberadaannya. Apalagi populasi Orangutan Tapanuli ini hanya diperkirakan tak lebih dari 800 ekor.
Populasi di hutan Batang Toru diperkirakan sekitar 800 individu dan populasi mereka sudah serius terfragmentasi. Mereka berada pada risiko serius dari kepunahan jika perburuan dan penebangan hutan tidak bisa dihentikan! (©Oct 29, 2017, IndoCropCircles.com)
No comments: