Ads Top

Tiongkok Mengklaim Sky Eye Mungkin Telah Menerima Sinyal dari Alien


Tiongkok mengklaim bahwa teleskop "Sky Eye" yang sangat besar mungkin telah menerima sinyal dari peradaban alien yang jauh. Kabar mengenai pendeteksian sinyal alien tersebut telah diterbitkan di Science and Technology Daily, surat kabar resmi Kementerian Sains dan Teknologi Tiongkok, pada Selasa, 14 Junia 2022, tapi kini berita itu telah dihapus.

Sinyal tersebut ditangkap oleh Aperture Spherical radio Telescope (FAST) milik Tiongkok, yang dijuluki sebagai "Sky Eye". Ini merupakan teleskop radio terbesar di dunia.

Sky Eye mulai bekerja memindai luar angkasa untuk mencari sinyal radio yang dapat mengindikasikan kehidupan di luar bumi pada tahun 2019. Teleskop ini kemudian menyaring data itu pada tahun 2020, kata para peneliti.

Dari saringan data ini, mereka melihat dua sinyal radio pita sempit (narrow-band) yang mencurigakan. Kemudian, pada tahun 2022, survei yang ditargetkan terhadap planet-planet ekstrasurya yang diketahui, berhasil menemukan sinyal radio pita sempit aneh lainnya, sehingga jumlahnya menjadi tiga.

Karena sinyalnya adalah gelombang radio pita sempit yang biasanya hanya digunakan oleh pesawat dan satelit manusia, sinyal tersebut bisa saja dihasilkan oleh teknologi alien. Namun, para ilmuwan mengatakan temuan mereka masih awal dan harus diambil dengan hati-hati sampai analisis selesai.

"Ini adalah beberapa sinyal elektromagnetik pita sempit yang berbeda dari masa lalu, dan tim saat ini sedang mengerjakan penyelidikan lebih lanjut," kata Zhang Tongjie, kepala ilmuwan di China Extraterrestrial Civilization Research Group di Beijing Normal University, kepada Science and Technology Daily, seperti dikutip oleh Live Science.

"Kemungkinan bahwa sinyal yang mencurigakan itu adalah semacam gangguan radio juga sangat tinggi, dan itu perlu dikonfirmasi lebih lanjut dan diungkap. Ini mungkin proses yang panjang."

Setelah publikasinya, laporan itu dengan cepat mulai beredar di jaringan media sosial milik Tiongkok, yakni Weibo, dan diambil oleh sejumlah outlet bertia milik pemerintah lainnya. Alasan di balik penghapusan berita itu yang tiba-tiba tidaklah jelas.

Sebenarnya ini bukanlah pertama kalinya para ilmuwan dibingungkan oleh gelombang radio dari luar angkasa. Pada bulan Agustus 1977, pencarian SETI (Search for Extraterrestrial Intelligence) yang dilakukan oleh teleskop Big Ear milik Ohio State University menemukan ledakan elektromagnetik yang sangat kuat, berdurasi satu menit, yang berkobar pada frekuensi yang diduga oleh para ilmuwan mungkin digunakan oleh peradaban alien.

Setelah melihat sinyal pada cetakan data, Jerry Ehman, ilmuwan yang bekerja dengan teleskop malam itu, buru-buru menulis "Wow!" dengan pena merah di halaman cetakan tersebut. Ia memberikan sinyal yang terdeteksi itu nama yang terkenal.

Pencarian lanjutan di wilayah ruang yang sama semuanya kembali dengan tangan kosong, dan penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa sinyal itu bisa berasal dari bintang mirip matahari yang terletak di konstelasi Sagitarius. Meski demikian, sumber sinyal tersebut masih menjadi misteri.

Para astronom Tiongkok ingin mengesampingkan interferensi radio karena telah terkenal menghalangi para ilmuwan pemburu alien di masa lalu. Pada 2019, para astronom melihat sinyal yang dipancarkan ke Bumi dari Proxima Centauri—sistem bintang terdekat dengan matahari kita yang berjarak sekitar 4,2 tahun cahaya dan rumah bagi setidaknya satu planet yang berpotensi layak huni.

Sinyal itu adalah gelombang radio pita sempit yang biasanya diasosiasikan dengan benda-benda buatan manusia, yang membuat para ilmuwan menduga kemungkinan menarik bahwa itu berasal dari teknologi alien. Studi baru yang dirilis dua tahun kemudian, bagaimanapun, menunjukkan bahwa sinyal itu kemungkinan besar dihasilkan oleh teknologi manusia yang tidak berfungsi.

Demikian pula, rangkaian sinyal terkenal lainnya yang pernah diduga berasal dari alien, terdeteksi antara 2011 dan 2014, ternyata sebenarnya dibuat oleh para ilmuwan yang memanaskan makan siang mereka dengan microwave.

Zhang Tonjie telah menambahkan bahwa timnya berencana untuk melakukan pengamatan berulang terhadap sinyal-sinyal aneh itu untuk secara meyakinkan mengesampingkan bahwa itu adalah gangguan radio dan memperoleh informasi sebanyak mungkin tentang sinyal-sinyal itu.

"Kami berharap [teleskop FAST] menjadi yang pertama menemukan dan mengkonfirmasi keberadaan peradaban luar angkasa," kata Tongjie kepada Science and Technology Daily.

Perbedaan antara ruang lingkup dan usia alam semesta dan kurangnya bentuk kehidupan cerdas di luar Bumi - yang disebut Paradoks Fermi - telah lama mengganggu para ilmuwan. Paradoks yang dinamakan dari nama fisikawan pemenang Hadiah Nobel Enrico Fermi ini muncul dalam renungan santai saat makan siang Fermi setelah dirinya merenungkan teka-teki itu.

No comments:

Powered by Blogger.