Ads Top

Film Titanic Versi Nazi Jerman: Berisi Propaganda Melawan Inggris


Sudah 110 tahun lamanya RMS Titanic tenggelam di Samudra Atlantik Utara. Pelayaran yang semestinya mengantarkan penumpang dari Inggris menuju AS. 

Kejadiannya pun diangkat menjadi film tragedi romantis tahun 1997 yang disutradarai James Cameron dan dibintangi Leonardo DiCaprio. Film ini meraih penghargaan Oscar dan masih membekas pada yang pernah menontonnya dengan lantunan lagu My Heart Will Go On oleh Celine Dion.

Namun, produksi itu sebenarnya adalah salah satu dari 17 film yang mengisahkan kapal mewah itu selama 1912 hingga 2018. Tetapi tahukah Anda bahwa salah satu filmnya pernah diproduksi pada Perang Dunia II dengan format hitam-putih oleh Nazi Jerman sebagai propaganda melawan Inggris?

Semua itu berawal dari Menteri Propaganda Nazi Joseph Goebbels yang paham betul akan potensi cerita Titanic, setelah lima film tayang di masa sebelumnya. Ketika hendak dibuat, film ini rencananya bukan tentang drama cinta seperti yang dibuat Cameron lewat Jack dan Rose, tetapi menggambarkan penyebab bencana itu secara realistis.

Film buatan Nazi itu menggambarkan bagaimana kapal Titanic bertabrakan dengan gunung es, seperti kenyataannya. Tetapi, skenarionya ini menempatkan Inggris berada dalam posisi yang buruk dengan mengaitkan bencana dengan keserakahan kelas atas Inggris yang kejam.

Pengamat film University of Vienna, Hemma Prainsack dalam tesisnya berjudul So sank die Titanic. Antibritische Propaganda im nationalsozialistischen Spielfilm (2013) menulis, film ini pertama kali direncanakan untuk dibuat pada 1940 dan syutingnya dimulai tahun 1942. 

Lamanya rentang waktu untuk produksi disebabkan butuh waktu agar naskah disetujui oleh Goebbels di kementerian. Prainsack lewat Zukunft menjelaskan, inspirasi ceritanya diambil dari karya Josef Pelz von Felinau tahun 1936 berjudul Tragödie eines Ozeanriesen.

Draf awal naskahnya kemudian ditulis oleh Harald Bratt yang pernah ikut film propaganda lain seperti Ohm Krüger (1941) yang menceritakan Perang Boer Kedia (1899-1902). Film sebelumnya itu juga menggambarkan Inggris sebagai negara penindas.

Pengamat film Jerman, Tim Bergfelder menulis buku The Titanic in Myth and Memory dengan dosen senior perfilman Sarah Street. Mereka memaparkan bahwa naskah terakhir untuk Titanic ini dibuat oleh Walter Zerlett-Olfensius, seorang veteran Perang Dunia I, bersama Hebert Selpin yang berikutnya menjadi sutradara.

Sementara Malte Fiebing, pengamat Titanic, dalam buku Titanic (1943), Nazi Germany’s version of the disaster menulis, film ini diproduksi oleh Tobis Film (Tobis Filmkunst). Salah satu lokasi syutingnya di sekitar Johannisthal, Berlin. Di sinilah beberapa interior seperti ballroom besar untuk penumpang kelas satu diperlihatkan.

Selpin bersikeras agar gambar melihatkan suasana asli Titanic dengan kapal sungguhan. Maka, kapal SS Cap Arcona dipakai untuk pengambilan gambar. Walau cerobong asapnya hanya tiga , bukan empat sebagaimana mestinya Titanic, dan ukurannya lebih kecil, teknik pengambilan gambar membuat penonton tidak menyadarinya.

Untuk pengambilan sisi luar diambil ketika kapal berlabuh di Gotenhafen (kini Gdańsk, Polandia). Fiebing mencatat, syuting di lokasi ini sering terganggu akibat aktivitas angkatan laut yang sangat sibuk dan suara sirine serang udara yang mengganggu rekaman.

Ada pula para tentara marinir yang penasaran menyebabkan masalah karena kehadiran aktris cantik yang membuatnya menonton daripada bertugas militer. Selain itu, mereka juga mengganggu para aktris seperti dengan mengajaknya mabuk sehingga mengacaukan jadwal syuting.

Masalah di Gotenhafen makin fatal ketika terjadi pertengkaran antara Zerlett-Olfensius dan Selpin. Sang sutradara menuduh si penulis naskah tidak becus. Selpin bahkan menghina latar belakangnya sebagai "mantan perwira sialan" dan "orang-orang yang lemah bahkan tidak bisa mengalahkan Rusia". Lalu Zerlett-Olfensius menolak untuk bekerja dengan sutradara.

Kabar ini terdengar sampai ke telinga Goebbels dan menanyakan kebenaran ini pada Selpin pada 30 Juli 1942, dan dia mengakuinya. Kabar ini tidak etis di kalangan Nazi karena menghina militer.

"Saya melihat diri saya sendiri dipaksa agar sutradara film Selpin ditangkap dan diekstradisi ke pengadilan rakyat," tulis menteri dalam buku hariannya, dikutip Prainsack. "Dia membuat pernyataan tidak berdasar terhadap Wehrmacht Jerman dan menentang jalannya perang secara umum."

Selpin pun dipenjara di markas polisi Berlin dan ditemukan gantung diri pada 1 Agustus 1942. Namanya pun tidak dimasukkan dalam kredit untuk mencegah simpati kru film.

Kemudian adegan tenggelamnya di Danau Scharmützelsee yang berada di sekitar 70 kilometer di tenggara Berlin digunakan sebagai lokasi syuting. Kapal itu harus diambil gambarnya dalam suasana gelap dan pemilihan lokasi ini lebih aman karena akan berisiko jika dilakukan di Berlin dalam situasi perang.

Barulah pada 17 Desember 1942, Titanic melakukan uji coba penayangan kepada Goebbels. Menteri itu dalam buku hariannya mengatakan bahwa dirinya puas dengan film walau sedikit tidak puas di bagian akhirnya. Lalu film ini dipersingkat di meja penyuntingan setelahnya dan ditayangkan pada 30 April 1943.

Isi dalam film itu memang menayangkan beberapa tokoh yang ada pada kejadian Titanic di tahun 1912. Tetapi, beberapa tokoh yang benar-benar ada digambarkan sangat angkuh atau sangat aristokrat.

Kevin Prenger penulis sejarah di Historiek menulis, sisi propagandanya juga terletak seorang awak kapal orang Jerman yang diabaikan kapten kapal orang Inggris. Sebenarnya, tidak ada awak orang Jerman dalam sejarah kapal Titanic, tetapi film ini membuat orang Inggris adalah yang bersalah dalam insiden tersebut.

Ada pula berbagai kritik anti-kapitalis Inggris yang menjadi dialog dalam film ketika kapal menabrak es dan hendak tenggelam. "...Sekali ini kamu bisa menggunakan kekayaanmu untuk kebaikan. Sekarang uang tidak lagi menjadi masalah. Sekarang ini semua tentang bertahan hidup," oleh awak kapal orang Jerman.

Film ini ditayangkan di negara-negara yang diduduki Jerman (Prancis, Belanda, dan Belgia), negara-negara netral (seperti Spanyol dan Swiss), dan sekutunya (seperti Hongaria dan Kroasia) pada 1943-1944. Pada negara-negara itu, film ini mendapat pujian karena cerita dan kualitas sinematiknya.

Namun Titanic tidak pernah ditayangkan selama perang. Alasannya, film tentang tragedi itu dikhawatirkan membuat kepanikan saat kota-kota Jerman sedang dibombardir oleh angkatan udara Sekutu. Alasan lainnya adalah munculnya keluhan dari perusahaan pelayaran Jerman karena filmnya membahas bencana dunia pelayaran.

No comments:

Powered by Blogger.